Friday, 23 December 2016

Pelaksanaan Politik Luar Negeri Indonesia pada Era Global

       Era global yang penuh dengan persaingan sekaligus sarat kesalingtergantungan antarnegara menuntut Indonesia untuk proaktif dalam hubungan dan kerja sama internasional serta penyelesaian persoalan-persoalan dunia terutama yang menyangkut kepentingan langsung Indonesia. Peran aktif itu harus dilakukan berdasarkan pandangan, prinsip, dan  politik luar negeri yang sudah digariskan (bebas aktif). Untuk keperluan itu, secara umum Indonesia melaksanakan dua kebijakan pokok seperti berikut.
  • ·       Di tengah pembentukan blok-blok politik/ideologi dan pakta pertahanan (militer) di beberapa kawasan dunia, Indonesia mengambil posisi bebas –– artinya, Indonesia tidak mengikatkan diri ke dalam blok-blok yang ada.
  • ·       Di tengah situasi dunia yang masih diwarnai ketegangan dan konflik di berbagai kawasan, Indonesia berusaha berperan aktif dalam mewujudkan keamanan, ketertiban, dan perdamaian dunia.

       Sejak politik bebas aktif dicanangkan, Indonesia mengambil posisi netral dalam hubungan dan pergaulan internasional. Dalam beberapa tahun, akibat penyimpangan pemerintah Orde Lama, Indonesia sempat mengubah arah kebijakan luar negerinya menjadi kurang netral, tetapi setelah itu kembali dapat melaksanakan prinsip bebas aktifnya dengan baik. Hingga saat ini Indonesia berhasil menghindar dari pengelompokan-pengelompokan blok ideologi dan pakta militer.
       Untuk menegaskan sikap bebas aktif, Indonesia bersama beberapa negara sahabat membentuk Gerakan Nonblok pada tahun 1960-an. Gerakan Nonblok dibentuk sebagai respons terhadap gejala pengelompokan blok ideologi dan pakta militer yang muncul setelah berakhirnya Perang Dunia II. Ketika itu, muncul dua blok besar ideologi dan militer yang saling bertentangan serta mengancam perdamaian dunia –– yaitu NATO yang berideologi kapitalisme di bawah pimpinan AS dan Pakta Warsawa yang berideologi komunisme di bawah pimpinan Uni Soviet. Untuk menanggapi hal tersebut, Gerakan Nonblok menyatakan menolak terlibat dalam pengelompokan-pengelompokan blok serta berusaha menyelesaikan persoalan-persoalan internasional secara netral dan objektif.
       Munculnya Gerakan Nonblok juga diilhami oleh sebuah konferensi akbar yang melibatkan negara-negara Asia dan Afrika, yakni Konferensi Asia-Afrika, yang diselenggarakan (tahun 1955) atas prakarsa Indonesia dengan dukungan beberapa negara. Konferensi diadakan dengan didasari keprihatinan dalam beberapa hal, seperti pertentangan Blok Barat dan Blok Timur yang mengancam perdamaian dunia, banyaknya negara di Asia dan Afrika yang menjadi korban penjajahan (imperalisme) negara-negara Barat, dan diterapkannya politik diskriminasi di negara-negara Afrika.
       Kembali ke persaolan Gerakan Nonblok, gerakan ini hingga memasuki abad ke-21 sekarang masih bertahan. Dalam pada itu, gejala pengelompokan blok ideologi dan militer sudah mulai luntur sejak bubarnya Blok Pakta Warsawa akibat runtuhnya negara Uni Soviet pada akhir tahun 1980-an. Dunia abad ke-21 sudah memasuki kecenderungan baru. Kuatnya arus globalisasi menyebabkan negara-negara di dunia memiliki sifat saling tergantung yang kian menonjol sehingga lebih mengutamakan ketertiban, keamanan, dan perdamaian bersama.
       Gerakan Nonblok yang netral dan berusaha objektif terbukti lebih tahan zaman dan lebih relevan dengan perkembangan zaman. Dalam era global yang penuh ketergantungan, sikap netral dan objektif lebih sesuai dengan tuntutan keadaan. Sebaliknya, sikap mengelompok berdasarkan ideologi dan pakta militer kurang sesuai dengan era global karena bersifat memihak serta mengingkari kenyataan adanya kesalingtergantungan di antara negara-negara di dunia.
       Selain tergabung dalam Gerakan Nonblok, untuk mewujudkan politik bebas aktif, Indonesia juga berpartisipasi dalam berbagai organisasi dan kerja sama antarnegara. Organisasi dan kerja sama yang dimasuki dan dilakukan Indonesia bersifat regional dan internasional serta bilateral dan multilateral. Selain itu, Indonesia juga ikut aktif menyelesaikan konflik-konflik di berbagai kawasan baik melalui jalur diplomasi maupun pengiriman pasukan penjaga perdamaian. Berikut ini dipaparkan beberapa contoh partisipasi Indonesia dalam organisasi dan kerja sama antarnegara serta dalam penyelesaian konflik di beberapa negara.
  • ·       Pada tahun 1950 Indonesia bergabung dalam organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pada tahun 1965 Indonesia sempat keluar dari badan dunia itu, tetapi setahun kemudian (1966) Indonesia masuk kembali menjadi anggota.
  • ·       Sejak tahun 1967 Indonesia bergabung dalam ASEAN (organisasi negara-negara Asia Tenggara). Bersama Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand, Indonesia adalah termasuk negara pendiri ASEAN.
  • ·       Untuk melakukan kerja sama ekonomi dan perdagangan bebas dengan negara lain, Indonesia bergabung dalam AFTA (kerja sama dan perdagangan bebas ASEAN) dan APEC (kerja sama dan perdagangan bebas Asia Pasifik).
  • ·       Pada tahun 1960, di bawah bendera pasukan PBB, Indonesia mengirimkan pasukan perdamaian ke Kongo dalam upaya meredakan perang saudara di negara tersebut.
  • ·       Pada tahun 1991, di bawah bendera pasukan PBB, Indonesia mengirimkan pasukan perdamaian ke Bosnia-Herze-govina dalam upaya menghentikan perang saudara di bekas negara Yugoslavia serta menghentikan upaya pemusnahan etnis oleh Serbia terhadap masyarakat Muslim-Bosnia.
  • ·       Pada tahun 2006, di bawah bendera pasukan PBB, Indonesia mengirimkan pasukan perdamaian ke Lebanon dalam upaya memulihkan keamanan dan perdamaian yang terganggu akibat serangan pasukan Israel.
  • ·       Hingga saat ini Indonesia mendukung terbentuknya negara Palestina yang merdeka. Selain aktif mendukung perjuangan rakyat Palestina, Indonesia tidak menjalin hubungan diplomatik dengan Israel yang bertahun-tahun menduduki wilayah bangsa Palestina.

No comments:

Post a Comment