Era global yang penuh dengan persaingan sekaligus sarat
kesalingtergantungan antarnegara menuntut Indonesia untuk proaktif dalam
hubungan dan kerja sama internasional serta penyelesaian persoalan-persoalan
dunia terutama yang menyangkut kepentingan langsung Indonesia. Peran aktif itu
harus dilakukan berdasarkan pandangan, prinsip, dan politik luar negeri yang sudah digariskan
(bebas aktif). Untuk keperluan itu, secara umum Indonesia melaksanakan dua
kebijakan pokok seperti berikut.
- · Di tengah pembentukan blok-blok politik/ideologi dan pakta pertahanan (militer) di beberapa kawasan dunia, Indonesia mengambil posisi bebas –– artinya, Indonesia tidak mengikatkan diri ke dalam blok-blok yang ada.
- · Di tengah situasi dunia yang masih diwarnai ketegangan dan konflik di berbagai kawasan, Indonesia berusaha berperan aktif dalam mewujudkan keamanan, ketertiban, dan perdamaian dunia.
Sejak
politik bebas aktif dicanangkan, Indonesia mengambil posisi netral dalam hubungan
dan pergaulan internasional. Dalam beberapa tahun, akibat penyimpangan
pemerintah Orde Lama, Indonesia sempat mengubah arah kebijakan luar negerinya menjadi
kurang netral, tetapi setelah itu kembali dapat melaksanakan prinsip bebas
aktifnya dengan baik. Hingga saat ini Indonesia berhasil menghindar dari
pengelompokan-pengelompokan blok ideologi dan pakta militer.
Untuk menegaskan sikap bebas aktif, Indonesia
bersama beberapa negara sahabat membentuk Gerakan Nonblok pada tahun 1960-an. Gerakan Nonblok dibentuk sebagai respons
terhadap gejala pengelompokan blok ideologi dan pakta militer yang muncul
setelah berakhirnya Perang Dunia II. Ketika itu, muncul dua blok
besar ideologi dan militer yang saling bertentangan serta mengancam perdamaian
dunia –– yaitu NATO yang berideologi kapitalisme di bawah
pimpinan AS dan Pakta Warsawa yang berideologi komunisme di
bawah pimpinan Uni Soviet. Untuk menanggapi hal tersebut, Gerakan Nonblok
menyatakan menolak terlibat dalam pengelompokan-pengelompokan blok serta
berusaha menyelesaikan persoalan-persoalan internasional secara netral dan objektif.
Munculnya Gerakan Nonblok juga diilhami oleh sebuah
konferensi akbar yang melibatkan negara-negara Asia dan Afrika, yakni Konferensi Asia-Afrika, yang diselenggarakan (tahun 1955) atas
prakarsa Indonesia dengan dukungan beberapa negara. Konferensi diadakan dengan
didasari keprihatinan dalam beberapa hal, seperti pertentangan Blok Barat dan Blok Timur yang mengancam perdamaian dunia,
banyaknya negara di Asia dan Afrika yang menjadi korban penjajahan
(imperalisme) negara-negara Barat, dan diterapkannya politik diskriminasi di
negara-negara Afrika.
Kembali ke
persaolan Gerakan Nonblok, gerakan ini hingga memasuki abad ke-21 sekarang
masih bertahan. Dalam pada itu, gejala pengelompokan blok ideologi dan militer
sudah mulai luntur sejak bubarnya Blok Pakta Warsawa akibat runtuhnya negara Uni Soviet pada akhir tahun 1980-an. Dunia abad
ke-21 sudah memasuki kecenderungan baru. Kuatnya arus globalisasi menyebabkan
negara-negara di dunia memiliki sifat saling tergantung yang kian menonjol
sehingga lebih mengutamakan ketertiban, keamanan, dan perdamaian bersama.
Gerakan Nonblok yang netral dan berusaha
objektif terbukti lebih tahan zaman dan lebih relevan dengan perkembangan
zaman. Dalam era global yang penuh ketergantungan, sikap netral dan objektif
lebih sesuai dengan tuntutan keadaan. Sebaliknya, sikap mengelompok berdasarkan
ideologi dan pakta militer kurang sesuai dengan era global karena bersifat
memihak serta mengingkari kenyataan adanya kesalingtergantungan di antara
negara-negara di dunia.
Selain
tergabung dalam Gerakan Nonblok, untuk mewujudkan politik bebas aktif,
Indonesia juga berpartisipasi dalam berbagai organisasi dan kerja sama
antarnegara. Organisasi dan kerja sama yang dimasuki dan dilakukan Indonesia
bersifat regional dan internasional serta bilateral dan multilateral. Selain
itu, Indonesia juga ikut aktif menyelesaikan konflik-konflik di berbagai
kawasan baik melalui jalur diplomasi maupun pengiriman pasukan penjaga perdamaian.
Berikut ini dipaparkan beberapa contoh partisipasi Indonesia dalam organisasi
dan kerja sama antarnegara serta dalam penyelesaian konflik di beberapa negara.
- · Pada tahun 1950 Indonesia bergabung dalam organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pada tahun 1965 Indonesia sempat keluar dari badan dunia itu, tetapi setahun kemudian (1966) Indonesia masuk kembali menjadi anggota.
- · Sejak tahun 1967 Indonesia bergabung dalam ASEAN (organisasi negara-negara Asia Tenggara). Bersama Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand, Indonesia adalah termasuk negara pendiri ASEAN.
- · Untuk melakukan kerja sama ekonomi dan perdagangan bebas dengan negara lain, Indonesia bergabung dalam AFTA (kerja sama dan perdagangan bebas ASEAN) dan APEC (kerja sama dan perdagangan bebas Asia Pasifik).
- · Pada tahun 1960, di bawah bendera pasukan PBB, Indonesia mengirimkan pasukan perdamaian ke Kongo dalam upaya meredakan perang saudara di negara tersebut.
- · Pada tahun 1991, di bawah bendera pasukan PBB, Indonesia mengirimkan pasukan perdamaian ke Bosnia-Herze-govina dalam upaya menghentikan perang saudara di bekas negara Yugoslavia serta menghentikan upaya pemusnahan etnis oleh Serbia terhadap masyarakat Muslim-Bosnia.
- · Pada tahun 2006, di bawah bendera pasukan PBB, Indonesia mengirimkan pasukan perdamaian ke Lebanon dalam upaya memulihkan keamanan dan perdamaian yang terganggu akibat serangan pasukan Israel.
- · Hingga saat ini Indonesia mendukung terbentuknya negara Palestina yang merdeka. Selain aktif mendukung perjuangan rakyat Palestina, Indonesia tidak menjalin hubungan diplomatik dengan Israel yang bertahun-tahun menduduki wilayah bangsa Palestina.
No comments:
Post a Comment