Friday, 23 December 2016

Globalisasi dan Persaingan Tak Perlu Ditakuti


       Fenomena globalisasi yang saat ini bergulir kian cepat memicu munculnya rasa takut atau khawatir di kalangan masyarakat tertentu, demikian juga dengan persaingan. Globalisasi dan persaingan, oleh mereka yang belum paham benar akan duduk persoalannya serta oleh mereka yang belum siap,  seringkali dirasakan sebagai momok yang menakutkan. Keduanya dianggap seperti “monstrer” yang dapat dan akan menggilas serta menyingkirkan kalangan masyarakat yang lemah dari segi pendidikan, ekonomi, politik, dan sebagainya.
       Apakah kekhawatiran atau ketakutan itu benar? Sampai saat ini hal itu belum terbukti secara meyakinkan serta baru sebatas kekhawatiran atau ketakutan yang hanya ada dalam pikiran dan perasaan. Di beberapa negara memang sering muncul demonstrasi menentang globalisasi dan perdagangan bebas, tetapi belum ada kasus yang menunjukkan bahwa suatu masyarakat atau negara mengalami keterpurukan hebat akibat globalisasi dan perdagangan bebas. Globalisasi memang membawa beberapa dampak negatif, seperti masuknya serbuan budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan bangsa setempat, tetapi sejauh individu dan masyarakat memiliki kepribadian kuat serta teguh memegang nilai-nilai luhur bangsanya, dampak tersebut dapat diatasi.
       Jadi, bagaimana sesungguhnya kaitan antara globalisasi dengan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan? Globalisasi dan persaingan sebenarnya bukanlah causa prima  atau penyebab utama terjadinya kemiskinan, kebodohan, dan bentuk-bentuk keterbelakangan yang lain. Dapat dikatakan, globalisasi hanyalah salah satu faktor yang, mungkin, dapat menimbulkan dampak terpinggirkannya kalangan yang bodoh dan miskin, sedangkan kemiskinan dan kebodohan itu sendiri lebih banyak disebabkan oleh tidak atau belum maksimalnya usaha yang dilakukan untuk membebaskan diri dari kedua keterbelakangan itu.
       Kemiskinan dan kebodohan sudah ada sebelum globalisasi muncul. Tanpa adanya globalisasi dan perdagangan bebas pun, pihak yang lemah, miskin, dan bodoh, tetap akan lemah, miskin, dan bodoh jika mereka hanya pasrah dan tidak melakukan ikhtiar untuk memperbaiki diri guna meraih kemajuan hidup. Dalam situasi apa pun, kemiskinan dan kebodohan akan tetap menjadi kemiskinan dan kebodohan selama keduanya tidak dicoba dilenyapkan dengan usaha dan kerja yang keras dan serius.
      Dengan demikian, globalisasi, perdagangan bebas, persaingan, dan sejenisnya, bukanlah hal yang perlu kita khawatirkan atau kita takutkan. Sebaliknya, kesemuanya itu (seharusnya) justru dapat menjadi berkah. Jika kita ingat bahwa globalisasi dan perdagangan bebas dapat menimbulkan dampak terpinggirkannya orang-orang lemah, kita akan mendapatkan hikmah. Apakah hikmah itu? Hikmah itu adalah kita (selayaknya) jadi terdorong untuk mawas diri, apakah kita selama ini masih lemah ataukah sudah kuat. Dengan begitu, kita akan termotivasi untuk mengambil langkah yang diperlukan guna menghadapi atau menyongsong globalisasi dan persaingan.
       Sebagai masyarakat dari sebuah negara berkembang, tentunya kita harus mengakui bahwa secara umum kita belum kuat dan unggul dari segi pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, dan sebagainya. Bahkan, dari segi kemampuan atau potensi sumber daya manusia (SDM), rata-rata penduduk negara kita masih tertinggal jauh dari penduduk banyak negara lain. Kemampuan sumber daya manusia penduduk Indonesia masih menempati urutan rendah dalam peringkat kemampuan SDM negara-negara di dunia.
       Dalam keadaan semacam itu, tentu saja kita tidak boleh bersikap pasrah dan tinggal diam. Jika kita hanya pasif serta malas berusaha dan belajar untuk meningkatkan kemampuan diri, kita akan makin tertinggal dan akhirnya terpuruk-puruk dalam persaingan. Kemampuan kita tidak akan bertambah baik hanya dengan bersikap pasrah, mengeluh, dan menunggu keadaan. Oleh sebab itu, kita wajib bangkit guna berusaha dan bekerja keras untuk meraih kemampuan yang tinggi dalam berbagai bidang kehidupan agar kita tidak hanya mampu bersaing, melainkan juga unggul dalam persaingan.


No comments:

Post a Comment