Sudah
jamak diketahui bahwa matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang
dianggap sulit untuk dipahami dan dikuasai siswa dalam kegiatan
belajar-mengajar di sekolah. Tidak sedikit siswa menganggap pelajaran yang satu
ini begitu sulit untuk dipahami sehingga kehadirannya di kelas kerapkali tidak
dikehendaki. Oleh karena njlimet
dan sulitnya untuk ditaklukkan, sebagian siswa menjadi antipati
terhadapnya dan bahkan membencinya.
Penolakan
dan kebencian terhadap matematika pada stadium selanjutnya dapat menimbulkan fobia
matematika, yakni ketakutan luar biasa yang tanpa alasan terhadap
matematika. Penolakan dan kebencian terhadap matematika dapat muncul akibat
pengalaman pribadi yang buruk dan traumatis terkait dengan matematika. Saat ini
tidak sedikit siswa sekolah yang mengalami fobia matematika. Mereka mengalami
gejala ketakutan, kecemasan, dan kekhawatiran terhadap matematika serta sebisa
mungkin menghindari bilangan dan operasi-operasi bilangan.
Fobia
matematika dapat diatasi. Upaya mengatasinya dilakukan melalui tahap mencegah,
mengurangi, dan menghilangkan. Upaya pencegahan dilakukan dengan
langkah-langkah berikut. (1) Guru dan orang tua bersikap positif terhadap
matematika. (2) Siswa dipersuasi untuk mengetahui manfaat matematika dalam kehidupan
sehari-hari. (3) Siswa terlibat aktif dalam belajar matematika. (4) Guru
membuat kebijakan bahwa tes bukan tujuan akhir dari belajar matematika. (5)
Siswa meringkas catatan. (6) Siswa membuat jadwal belajar.
Jika
fobia matematika telanjur dialami, perlu dilakukan upaya untuk menguranginya
dengan beberapa langkah berikut. (1) Guru membangkitkan motivasi siswa agar
kian aktif belajar dan mengingatkan akan pentingnya belajar matematika untuk
memecahkan persoalan hidup sehari-hari. (2) Guru menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan dengan menghindarkan suasana kaku, tegang, dan menakutkan
dalam belajar, dengan menyisipkan humor-humor segar dan mendidik serta tidak
memberikan soal-soal yang terlalu sukar. (3) Guru mencip-takan suasana belajar
yang menyenangkan dengan membuat suasana kelas nyaman, memberi semangat kepada
siswa, dan dinding kelas ditempeli gambar atau hiasan yang disukai siswa. (4)
Guru mengadakan kegiatan rekreatif untuk menghilangkan rasa jenuh, bosan, dan
penat dalam belajar.
Adapun upaya untuk menghilangkan fobia matematika, antara
lain, dilakukan dengan terapi berbicara dan terapi pemaparan diri
(desensitisation). Jenis terapi bicara yang bisa digunakan adalah
sebagai berikut. (1) Konseling: konselor akan mendengarkan permasalahan siswa,
seperti ketakutannya saat berhadapan dengan hal yang membuatnya fobia. (2)
Psikoterapi: seorang psikoterapis akan menggunakan pendekatan secara mendalam
untuk menemukan penyebabnya dan memberi saran untuk menghilangkannya. (3)
Terapi perilaku kognitif: suatu konseling yang akan menggali pikiran, perasaan,
dan perilaku seseorang dalam rangka mengembangkan cara-cara praktis yang
efektif untuk melawan fobia. Sementara itu, terapi pemaparan diri (desensitisation)dilakukan
dalam bentuk secara bertahap selama periode tertentu siswa dilibatkan dengan
objek atau situasi yang membuatnya takut. Secara perlahan-lahan siswa akan
mulai merasa tidak cemas atau tidak takut lagi terhadap hal tersebut. Terapi
ini adakalanya dikombinasikan dengan pengobatan dan terapi perilaku.
No comments:
Post a Comment