Tuesday, 3 January 2017

Menghargai Kemajemukan Agama


       Agama apa saja yang dipeluk oleh masyarakat di kampung atau di desa Anda? Bagaimanakah interaksi orang-orang yang berbeda agama dalam kehidupan masyarakat di kampung atau desa Anda? Apakah mereka hidup rukun, damai, dan harmonis? Ataukah mereka hidup penuh dengan pertentangan dan perselisihan? Mengapa suatu masyarakat atau komunitas sosial yang berbeda agama dapat hidup harmonis serta sebaliknya mengapa pula mereka dapat hidup dalam ketegangan dan konflik? Bagaimana peran Anda selama ini dalam kehidupan sosial di tengah masyarakat yang individu-individunya memiliki perbedaan agama? Apakah Anda sudah memperlihatkan tindakan konkret untuk mendukung terwujudnya kehidupan sosial yang harmonis di tengah perbedaan dan keberagaman agama?

A.   Kemajemukan Agama
       Sebagaimana kita ketahui, di Indonesia ada enam agama yang diakui dan diperbolehkan untuk dianut oleh masyarakat. Masing-masing dari keenam agama tersebut –– Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu –– memiliki pengikut atau pemeluk. Dengan jumlah pemeluk yang berbeda-beda, keenam agama ini eksis dengan kitab suci, ajaran, dan tempat ibadahnya masing-masing.

       Keberadaan enam agama tersebut di Indonesia serta kepemelukannya oleh masyarakat sudah menjadi keniscayaan yang terbentuk karena faktor sejarah. Semua komponen bangsa kita sudah sepakat bahwa keenam agama tersebut merupakan agama yang resmi berlaku di Indonesia serta melalui jaminan konstitusi dan undang-undang masyarakat diberi kebebasan penuh untuk memilih dan memeluk salah satu dari keenamnya. Kesepakatan atau kebijakan ini menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang majemuk atau beragam dalam hal (kepemelukan) agama.

       Kesepakatan atau kebijakan mengenai keberagaman agama di Indonesia mengharuskan semua komponen bangsa dan setiap warga negara untuk menyadari keberadaannya di tengah kemajemukan agama. Semua pihak –– perorangan, organisasi, lembaga, komunitas sosial, golongan, dan sebagainya –– harus paham, maklum, dan sadar bahwa di tengah keberadaannya sebagai pemeluk salah satu agama, masih ada pihak-pihak lain yang memeluk agama yang berbeda.  Sebagai pribadi atau anggota komunitas dengan agama tertentu, setiap warga negara harus sadar bahwa ada pribadi dan komunitas lain yang menganut agama yang berbeda. Dengan kata lain, semua individu dan komponen bangsa wajib memahami dan menyadari bahwa eksistensinya dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia berada dalam keragaman dan perbedaan agama.

B.   Konsekuensi dari Kemajemukan dan Perbedaan Agama
       Konsekuensi dari keberadaan individu dan komunitas warga negara di tengah kemajemukan dan perbedaan agama, tentu saja, individu dan komunitas yang bersangkutan harus memiliki sikap toleran, solider, serta menghargai dan menghormati agama yang dianut oleh individu dan komunitas lain. Sikap toleran, solider, serta menghargai dan menghormati agama lain tersebut harus diwujudkan melalui perilaku atau tindakan konkret dalam interaksi dan kehidupan sosial. Hal ini menjadi tuntutan yang tak terhindarkan karena di sisi lain –– sebagai bagian dari bangsa dan negara Indonesia –– individu dan komunitas warga negara Indonesia wajib menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam kemajemukan –– termasuk kemajemukan agama –– bangsa Indonesia sepakat untuk mempertahankan eksistensi bangsa dengan mengadopsi “Bhinneka Tunggal Ika” (Berbeda-beda, tetapi tetap satu) sebagai semboyan nasional sehingga setiap individu dan komunitas bangsa dalam keadaan apa pun dibebani kewajiban untuk menjaga kesatuan dan keutuhan bangsa.

       Setiap warga negara memiliki tugas dan tanggung jawab dalam upaya mempertahankan kesatuan dan keutuhan bangsa. Oleh sebab itulah, terkait dengan kemajemukan dan perbedaan agama dalam kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia, kita memiliki tugas dan tanggung jawab untuk berpartisipasi dalam upaya menjaga kerukunan sosial dalam kehidupan antarumat beragama. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dalam menciptakan kerukunan hidup antarumat beragama bersifat wajib dan mengikat.

       Upaya  untuk menggerakkan partisipasi dalam memperkuat persatuan dan mempertahankan keutuhan bangsa umumnya serta menjaga kerukunan hidup antarumat beragama khususnya harus dimulai dari usaha yang paling dasar, yakni menanamkan kesadaran bahwa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk (beragam) dalam agama, suku, bahasa (daerah), budaya, dan sebagainya. Khusus dalam kemajemukan dan perbedaan agama, upaya penyadaran perlu dilakukan secara lebih intensif mengingat agama termasuk aspek yang sangat sensitif serta kerekatan hidup antarumat beragama akan menjadi faktor penentu penting bagi terciptanya kerukunan dan perdamaian nasional. Kemajemukan dan perbedaan agama seringkali menjadi ganjalan dalam mewujudkan kerukunan sosial sehingga upaya penyadaran tentang hakikat kemajemukan dan menjaga persatuan di tengah kemajemukan perlu terus-menerus dilakukan.

       Kemajemukan dan perbedaan agama di negara kita sudah menjadi realitas yang tidak perlu disesali. Sikap yang harus kita bangun bersama adalah menghargai hal itu sebagai bagian dari sejarah bangsa dan negara kita. Sikap menghargai kemajemukan dan perbedaan agama (sebagai realitas sejarah) akan menumbuhkan kesadaran dan memicu kemauan di kalangan umat beragama untuk menjaga persatuan dan keutuhan. Hal ini pada gilirannya akan memicu tumbuhnya kesediaan dan kesukarelaan mereka untuk saling menghargai dan menghormati, saling bertoleransi, serta melakukan kerja sama dalam usaha mewujudkan kehidupan yang rukun, damai, dan harmonis.

       Kehidupan yang damai dan harmonis di tengah kemajemukan dan perbedaan agama bukan hal yang mustahil untuk kita capai. Jika semua komponen umat beragama dapat saling menghargai, saling menghormati, dan saling toleran, kehidupan sosial yang rukun, damai, dan harmonis akan dapat terbentuk –– seperti hal ini dapat kita saksikan dengan jelas di berbagai daerah di Nusantara. Kehidupan yang damai dan harmonis dalam kemajemukan dan perbedaan agama dapat diwujudkan selama umat-umat beragama yang terdapat di dalamnya mau dan mampu melakukan semua persyaratan untuk mendatangkan kedamaian dan keharmonisan –– yakni menerapkan sikap toleran, solider, hormat, dan sebagainya.

       Sebaliknya, kemajemukan dan perbedaan agama mudah sekali mendatangkan ketegangan dan pertentangan apabila di antara umat beragama hanya sibuk mempertajam perbedaan dan menonjol-nonjolkan agamanya masing-masing. Ketegangan dan pertentangan dapat berkembang menjadi konflik terbuka yang keras jika di antara umat beragama saling melakukan provokasi, saling memojokkan, saling menyerang, dan saling melakukan tindakan-tindakan negatif lainnya. Kemajemukan dan perbedaan agama yang pada dasarnya memang sudah bersifat sensitif menjadi kian eksplosif untuk menimbulkan benturan, pertentangan, dan perpecahan manakala di antara umat beragama tidak saling menyadari posisinya dalam kemajemukan serta tidak saling membangun sikap dan perilaku yang kondusif.

       Nah, Anda, sebagai bagian dari kemajemukan dan perbedaan agama dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, tentu dapat merasakan sendiri keuntungan yang dapat diperoleh dari damai dan harmonisnya kehidupan antarumat beragama serta kerugian yang dirasakan dari tegang dan konfrontatifnya kehidupan antarumat beragama. Dari dua keadaan yang saling bertolak belakang itu, menurut Anda, manakah yang dampaknya lebih positif dan menguntungkan untuk kehidupan pribadi Anda, agama Anda, serta bangsa dan negara Indonesia? 

No comments:

Post a Comment