Wednesday, 11 January 2017

Implikasi Sikap Tegar dan Percaya Diri di Tengah Globalisasi


       Apa dan bagaimana yang sesungguhnya disebut sikap tegar dan percaya diri terkait dengan upaya menghadapi dampak-dampak globalisasi? Apakah tegar dan percaya diri sekadar menjadi sikap yang pasif dan defensif tanpa ada implikasi, lanjutan, atau rujukannya? Bagaimana pula daya tangkal sikap tegar dan percaya diri dalam mengatasi dampak-dampak globalisasi?
       Tegar dan percaya merupakan dua sikap yang saling mendukung dan saling melengkapi. Secara harfiah, kata tegar, antara lain, memiliki tiga arti, yakni ‘tidak dapat diubah’ (pendapat; pendiriannya), ‘tidak mau menurut’, dan ‘tabah’ (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 856). Adapun percaya diri  berarti ‘yakin pada kemampuan, kekuatan, dan kepunyaan (milik) diri sendiri’.

       Terkait dengan upaya menghadapi fenomena globalisasi, sikap tegar dan percaya diri sesungguhnya memiliki implikasi atau rujukan tersendiri. Sebagai benteng untuk mempertahankan diri dari serbuan pengaruh-pengaruh negatif globalisasi, sikap tegar dan percaya diri lebih lanjut merujuk pada sikap kuat hati, berani, dan tanpa kompromi dalam mempertahankan harga diri serta menjaga segala kebaikan dan kemuliaan yang menjadi milik diri sendiri. Hal ini berlaku dalam menghadapi segala realitas, fenomena, dan dampak yang muncul sebagai akibat bergulirnya globalisasi.

       Sebagaimana sudah disinggung, globalisasi menimbulkan berbagai dampak dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara kita. Dari sekian banyak fenomena globalisasi yang terjadi di dunia, terdapat beberapa hal yang kemunculannya menimbulkan kerawanan, ancaman, dan bahaya bagi bangsa dan negara kita. Dua di antaranya, yakni hubungan atau kerja sama antarnegara dan masuknya pengaruh budaya asing,  menimbulkan kekhawatiran dan kecemasan yang paling besar. Namun, semua gejala tersebut dapat kita hadapi dengan kembali pada sikap tegar dan percaya diri.

No comments:

Post a Comment