Sunday, 25 December 2016

Siapakah Musuh Abadi Manusia, Inilah Jawabannya

Makhluk hidup apakah yang serangannya terhadap manusia paling mematikan serta menyebabkan jumlah korban kematian paling besar? Makhluk hidup yang serangannya paling mematikan bagi manusia bukanlah hewan predator atau semacam monster berukuran raksasa dengan cakar dan taring tajam yang haus darah, melainkan hanya spesies mungil yang secara fisik lemah, yakni nyamuk! Gigitan serangga yang satu ini menyebabkan kematian rutin manusia dalam jumlah yang jauh melebihi kematian manusia akibat serangan singa, buaya, ular, hiu, beruang, atau binatang buas lain, bahkan mengalahkan kematian manusia akibat peperangan dan pembunuhan yang dilakukan sesama manusia sendiri.
Jumlah manusia di seluruh dunia yang mati akibat gigitan nyamuk setiap tahun mencapai 725.000 jiwa. Data yang diajukan Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat bahkan menunjukkan, nyamuk menyebabkan kematian lebih dari satu juta jiwa setiap tahunnya. Jumlah ini jauh mengalahkah jumlah kematian manusia akibat peperangan dan pembunuhan oleh sesama manusia yang “hanya” sekitar 475.000 jiwa per tahun. Jumlah korban gigitan nyamuk itu juga jauh sekali mengalahkan jumlah kematian manusia akibat gigitan ular (50.000 jiwa/tahun), gigitan anjing/rabies (25.000 jiwa/tahun), gigitan lalat tse-tse (10.000 jiwa/tahun), sengatan kumbang assasin (10.000 jiwa/tahun), serangan keong sawah /cacing shisto (10.000 jiwa/tahun), serangan cacing parasit (2.500 jiwa/tahun), serangan cacing pita (2.000 jiwa/tahun), serangan buaya (1.000 jiwa/tahun), serangan kuda nil (500 jiwa/tahun), serangan badak (500 jiwa/tahun), serangan singa (100 jiwa/tahun), serangan gajah (100 jiwa/tahun), serangan srigala (10 jiwa/tahun), dan serangan hiu (kurang dari 10 jiwa/tahun).
Lebih dari spesies-spesies lain, nyamuk seperti menjadi musuh dalam selimut bagi manusia. Berbeda dengan predator buas serta senjata pemusnah massal yang keberadaannya umumnya jauh dari jangkauan manusia, nyamuk justru demikian dekat dengan manusia. Setiap hari dan hampir di setiap tempat, nyamuk selalu menyertai keberadaan manusia: di mana ada manusia di situ ada nyamuk. Hukum alam memang tak bisa dielakkan: nyamuk (terutama yang betina) akan selalu memburu manusia karena darah buruannya itu menjadi salah satu santapan utamanya.
Oleh karena ukuran fisiknya yang kecil dan lemah serta keberadaannya yang sudah sangat biasa di sekitar kita, nyamuk sering kurang disadari (atau diremehkan) sebagia spesies yang sesungguhnya amat berbahaya. Dengan reputasinya sebagai hewan pembunuh manusia nomor satu, kini nyamuk oleh para ahli biologi dianggap sebagai hewan yang paling berbahaya dan menjadi ancaman terbesar bagi manusia. Serangga ini menjadi vektor (perantara) berbagai jenis penyakit karena menyebarkan virus, parasit protozoa, hingga cacing. Dari sekitar 3.500 spesies nyamuk yang hidup di bumi, tiga di antaranya, yaitu AedesAnopheles, dan Culex, merupakan jenis yang paling berbahaya dan mematikan. Gigitannya telah membunuh puluhan juta manusia melalui berbagai penyakit yang ditimbulkannya: malaria, demam berdarah, demam kuning, zika, dan sebagainya.
Tanpa melalui deklarasi resmi, manusia pun sejak awal peradaban sudah menyatakan perang melawan nyamuk. Setiap hari manusia berusaha membunuh nyamuk dengan tepukan tangan atau pukulan serta secara berkala melakukan pembasmian dengan obat antiserangga atau pengasapan (fogging). Jumlah nyamuk yang mati tentu saja sulit dihitung, tetapi serangga ini tidak pernah punah serta terus berkembang biak dan bertahan hidup dengan cara mengisap darah hewan dan manusia, selain mengisap madu atau nektar. Kodratnya sebagai serangga pengisap darah, akan membuatnya secara naluriah tidak bisa berhenti dari perburuan terhadap manusia. Sebaliknya, ancaman yang ditimbulkannya menyebabkan manusia juga tidak akan tinggal diam untuk membunuh dan membasminya. Perang panjang manusia melawan nyamuk pun tak dapat dielakkan.

Apakah manusia akan keluar sebagai pemenangnya? Berdasarkan bukti sejarah hingga saat ini, manusia tidak pernah mampu mengalahkan nyamuk, tetapi nyamuk pun tidak bisa menaklukkan manusia. Keduanya terus berperang, tetapi tidak ada yang mampu meraih kemenangan mutlak dengan cara membuat lawannya punah. Perang kemungkinan akan berlangsung sangat lama dan mungkin abadi karena, di tengah kehidupan manusia, nyamuk yang sudah ada di bumi jauh sebelum manusia modern (Homo sapiens) muncul hingga kini ternyata dapat bertahan hidup dengan bermutasi untuk beradaptasi dari perubahan lingkungan, ketersediaan pakan, bahkan dari berbagai obat antiserangga.

No comments:

Post a Comment